Senin, 21 Desember 2015

Sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental

Jakarta (30/10)--- Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan (Dep. III) yang juga Plt. Deputi bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial (Dep. II), TB Rachmat Sentika (tengah), siang ini membuka sekaligus menyampaikan paparan mendalam tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental. Acara yang berlangsung di Ruang Rapat Utama Kemenko PMK, Lt.7 ini dihadiri oleh para pejabat dari K/L yang dikoordinasikan oleh Kedeputian III dan II Kemenko PMK. Dalam paparannya, Rachmat menyampaikan harapan akan semakin meluasnya Revolusi Mental sebagai gerakan nasional dan upaya itu tentu dapat dimulai dari K/L negara yang ada. "Silahkan dengan kreativitas yang dimiliki Bapak dan Ibu sekalian, Revolusi Mental ini ditularkan baik di lingkungan kantor maupun di keluarga. Ingat, Revolusi Mental ini akan membentuk pribadi-pribadi profesional yang akan bekerja dengan penuh integritas, etos kerja, dan gotong royong. Kalau mengaku cinta Indonesia dan Bangsa Indonesia, bicaralah Revolusi Mental." Rachmat juga menjelaskan mengapa Indonesia memerlukan Revolusi Mental. terdapat tiga alasan utama yaitu: pertama, sudah terlalu lama Bangsa Indonesia kehilangan integritasnya atau membiarkan berbagai praktik dalam berbangsa dan bernegara yang dilakukan dengan cara-cara tidak jujur, tidak memegang etika dan moral, tidak bertanggung jawab, tidak dapat diandalkan, dan tidak dapat dipercaya. Kedua, dalam bidang perekonomian, kita tertinggal jauh dari negara-negara lain karena telah kehilangan etos kerja keras, daya juang, daya saing, semangat mandiri, kreativitas, dan semangat inovatif. Ketiga, sebagai bangsa, kita krisis identitas. Karakter kuat Bangsa Indonesia yang punya semangat gotong royong nyatanya telah mulai luntur dan kita semua harus dapat mengembalikan kekuatan karakter tadi juga dengan cara gotong royong. (IN) Sumber : https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/sosialisasi-gerakan-nasional-revolusi-mental-0 Dwi Adi Nikayanti

Apa Itu Istilah Revolusi Mental?

Saturday, December 5, 2015 Alvian Casablancas apa revolusi mental Mungkin anda pernah mendengar istilah "Revolusi Mental" melalui berbagai media seperti surat kabar, televisi, atau bahkan dari teman sejawat. Apa sih sebenarnya Revolusi Mental itu? Revolusi Mental adalah konsep program yang bertujuan merubah mentalitas masyarakat kearah yang lebih baik secara besar-besaran. Awal Mula Istilah Revolusi Mental Berdasarkan situs Business Center FKUM, istilah Revolusi Mental sudah ada sejak zaman presiden pertama Ir. Soekarno, yaitu ketika beliau berpidato pada Hari Proklamasi tahun 1962 yang lalu. Beliau menyampaikan pidatonya bahwa masyarakat Indonesia saat itu belum mencapai keadaan revolusi mental. Kemudian istilah tersebut dihembus-hembuskan kembali oleh Presiden ke-7 Joko Widodo sebagai suatu konsep program untuk merevolusi mentalitas masyarakat. Arti Secara Harfiah Istilah "Revolusi Mental" berasal dari dua suku kata, yakni 'revolusi' dan 'mental'. Arti dari 'Revolusi' adalah sebuah perubahan yang dilakukan dengan cepat dan biasanya menuju kearah lebih baik. Beda dengan evolusi, yang mana perubahannya berlangsung lambat. 'Mental' memiliki arti yang berhubungan dengan watak dan batin manusia. Adapun istilah mentalitas menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bermakna aktivitas jiwa, cara berpikir, dan berperasaan. Maka, istilah "Revolusi Mental" dapat ditafsirkan sebagai aktivitas mengubah kualitas manusia kearah yang lebih bermutu dan bermental kuat dalam berbagai aspek dengan jangka waktu yang cepat. Itulah arti singkat dari Revolusi Mental. Anda dapat membagikan informasi ini kepada teman-teman anda. Perluas wawasan anda dengan membaca. Akhirul kata, saya sajikan quote dari Joko Widodo tentang Revolusi Mental, yakni: Satu hal yang kita butuhkan adalah Revolusi Mental dari negativisme kearah positivisme. sumber :http://maknaistilah.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-revolusi-mental.html Dwi Adi Nikayanti


Jokowi dan Arti "Revolusi Mental"

http://assets.kompas.com/data/photo/2014/08/31/124034020140831-115322-1-resized780x390.jpg Shares KOMPAS.com/INDRA KUNTONO Joko Widodo JAKARTA, KOMPAS.com — "Revolusi Mental" merupakan jargon yang diusung presiden terpilih Joko Widodo sejak masa kampanye Pemilu Presiden 2014. Namun, tak banyak penjelasan konkret muncul atas frasa itu. Pertanyaan tentang revolusi mental pun mencuat dalam diskusi dengan tajuk jargon tersebut di Balai Kartini, Jumat (17/10/2014). Salah satu jawaban datang dari politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Panda Nababan. Jawaban itu diawali dengan pengenalan organisasi Serikat Rakyat Miskin Kota (SRMK). Panda mempersilakan anggota organisasi itu berdiri. Lalu, dia berkata, "Mereka ini datang dari jauh. Dulu, Pak Jokowi ini seperti mereka." Berikutnya, Panda mengatakan, "Tapi Pak Jokowi tidak mau menyerah. Dia bekerja, berusaha, hingga sampai seperti saat ini." Menurut Panda, perjalanan Jokowi dari yang semula seperti profil para anggota SMRK tersebut hingga menjadi presiden terpilih merupakan cuplikan dari konsep revolusi mental itu sendiri. Jawaban Jokowi Diskusi pada Jumat petang tersebut dipandu oleh presenter Najwa Shihab. Jokowi juga hadir di sana. Jawaban atas pertanyaan tentang revolusi mental pun datang dari Jokowi. Jokowi memulai jawabannya dengan menyebutkan tentang sebuah keharusan. Menurut dia, revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinal bangsa. Indonesia, sebut Jokowi, merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong. Dia mengatakan, karakter tersebut merupakan modal yang seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera. "Tapi saya juga ndak tahu kenapa, sedikit demi sedikit (karakter) itu berubah dan kita ndak sadar. Yang lebih parah lagi ndak ada yang nge-rem. Yang seperti itulah yang merusak mental," ujar Jokowi. Perubahan karakter bangsa tersebut, kata Jokowi, merupakan akar dari munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan. Kondisi itu dibiarkan selama bertahun-tahun dan pada akhirnya hadir di setiap sendi bangsa. "Oleh sebab itu, saya menawarkan ada sebuah revolusi mental," ujar Jokowi. Pendidikan dan penegakan hukum Terminologi "revolusi", kata Jokowi, tidak selalu berarti perang melawan penjajah. Menurut dia, kata revolusi merupakan refleksi tajam bahwa karakter bangsa harus dikembalikan pada aslinya. "Kalau ada kerusakan di nilai kedisiplinan, ya mesti ada serangan nilai-nilai ke arah itu. Bisa mengubah pola pikir, mindset. Titik itulah yang kita serang," ujar Jokowi. Satu-satunya jalan untuk revolusi sebagaimana yang dia maksudkan itu, kata Jokowi, adalah lewat pendidikan yang berkualitas dan merata, serta penegakan hukum yang tanpa pandang bulu. "Kita harus mengembalikan karakter warga negara ke apa yang menjadi keaslian kita, orisinalitas kita, identitas kita," tegas Jokowi. Dia berkeyakinan, dengan komitmen pemerintah yang kuat disertai kesadaran seluruh warga negara, Indonesia dapat berubah ke arah yang lebih baik. Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2014/10/17/22373441/Jokowi.dan.Arti.Revolusi.Mental. Dwi Adi Nikayanti

Revolusi Mental: Membangun Jiwa Merdeka Menuju Bangsa Besar




Image


"Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong."
"Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala."

Itulah adalah gagasan revolusi mental yang pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Soekarno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek, padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai.
Revolusi di jaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini, 70 tahun setelah bangsa kita merdeka, sesungguhnya perjuangan itu belum, dan tak akan pernah berakhir. Kita semua masih harus melakukan revolusi, namun dalam arti yang berbeda. Bukan lagi mengangkat senjata, tapi membangun jiwa bangsa.

Membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Kenapa membangun jiwa bangsa yang merdeka itu penting? Membangun jalan, irigasi, pelabuhan, bandara, atau pembangkit energi juga penting. Namun seperti kata Bung Karno, membangun suatu negara, tak hanya sekadar pembangunan fisik yang sifatnya material, namun sesungguhnya membangun jiwa bangsa. Ya, dengan kata lain, modal utama membangun suatu negara, adalah membangun jiwa bangsa.

Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali gerakan revolusi mental oleh Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan. Jiwa merdeka disebut Presiden Jokowi sebagai positivisme.

Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.

Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong. Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L). Sebagai pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L harus melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan terakhir penguatan kapasitas aparat negara.

Gerakan revolusi mental terbukti berdampak positif terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada banyak prestasi yang diraih berkat semangat integritas, kerja keras, dan gotong royong dari aparat negara dan juga masyarakat.

Pemberantasan ilegal fishing, pengelolaan BBM lebih bersih dan transparan, pembangunan pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara, pembangunan tol trans Jawa, trans Sumatera , dan Kalimantan, adalah sedikit hasil dari kerja keras pemerintah Presiden Jokowi. Ke depan, gerakan revolusi mental akan semakin digalakkan agar sembilan agenda prioritas pemerintah yang tertuang dalam Nawa Cita bisa terwujud. (Tim PKP-Kemenkominfo)

Info lebih lanjut : www.infopublik.id /email : pikppusat@mail.kominfo.go.id /twitter @GPRIndonesia /Facebook: Indonesia Baik)

Sumber : http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5932/Revolusi+Mental%3A+Membangun+Jiwa+Merdeka+Menuju+Bangsa+Besar/0/artikel_gpr#.Vnf-Vl1N3IU
Dwi Adi Nikayanti

Revolusi Mental Menurut Bung Karno





Gagasan ‘revolusi mental’ menggoda banyak orang. Bagi mereka, revolusi mental dibutuhkan untuk membabat habis mentalitas, mindset, dan segala bentuk praktik buruk yang sudah mendarah-daging sejak jaman Orde Baru hingga sekarang. Namun, tidak sedikit pula yang mencibir gagasan ini sebagai ‘ide komunistik’.
Gagasan revolusi mental, sebagai usaha memperharui corak berpikir dan bertindak suatu masyarakat, bisa ditemukan di ideologi dan agama manapun. Dalam Islam pun ada gagasan revolusi mental, yakni konsep ‘kembali ke fitrah’: kembali suci atau tanpa dosa. Jadi, gagasan ini bukanlah produk komunis atau ideologi-ideologi yang berafiliasi dengan marxisme.
Namun, terlepas dari polemik itu, Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 ini patut diapresiasi. Sebab, bukan hanya berhasil mencuatkan kembali nama dan figur Bung Karno, tetapi juga berhasil mempopulerkan kembali gagasan-gagasan revolusi nasional Indonesia. Salah satunya: Revolusi Mental.
Dalam revolusi nasional Indonesia, gagagasan revolusi mental memang tidak bisa dipisahkan dari Bung Karno. Dialah yang menjadi pencetus dan pengonsepnya. Dia pula yang mendorong habis-habisan agar konsep ini menjadi aspek penting dalam pelaksanaan dan penuntasan revolusi nasional Indonesia.
Saya kira, sebelum mengulas esensi revolusi mental versi Bung Karno, kita perlu mengenal konteks sosial-historis yang melahirkan gagasan Bung Karno tersebut. Sebab, tanpa mengenal konteks sosial-historisnya, kita juga akan bias menangkap esensi dan tujuan dari gagasan tersebut.
Gagasan revolusi mental mulai dikumandangkan oleh Bung Karno di pertengahan tahun 1950-an. Tepatnya di tahun 1957. Saat itu revolusi nasional Indonesia sedang ‘mandek’. Padahal, tujuan dari revolusi itu belum tercapai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan revolusi itu mandek. Pertama, terjadinya penurunan semangat dan jiwa revolusioner para pelaku revolusi, baik rakyat maupun pemimpin nasional. Situasi semacam itu memang biasa terjadi. Kata Bung Karno, di masa perang pembebasan (liberation), semua orang bisa menjadi patriot atau pejuang. Namun, ketika era perang pembebasan sudah selesai, gelora atau militansi revolusioner itu menurun.
Kedua, banyak pemimpin politik Indonesia kala itu yang masih mengidap penyakit mental warisan kolonial, seperti “hollands denken” (gaya berpikir meniru penjajah Belanda).  Penyakit mental tersebut mencegah para pemimpin tersebut mengambil sikap progressif dan tindakan revolusioner dalam rangka menuntaskan revolusi nasional.
Sementara di kalangan rakyat Indonesia, sebagai akibat praktek kolonialisme selama ratusan tahun, muncul mentalitas ‘nrimo’ dan kehilangan kepercayaan diri (inferiority complex) di hadapan penjajah.
Ketiga, terjadinya ‘penyelewengan-penyelewengan’ di lapangan ekonomi, politik, dan kebudayaan. Penyelewengan-penyelewengan tersebut dipicu oleh penyakit mental rendah diri dan tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri. Juga dipicu oleh alam berpikir liberal, statis, dan textbook-thinkers(berpikir berdasarkan apa yang dituliskan di dalam buku-buku).
Di lapangan ekonomi, hingga pertengahan 1950-an, sektor-sektor ekonomi Indonesia masih dikuasai oleh modal Belanda dan asing lainnya. Akibatnya, sebagian besar kekayaan nasional kita mengalir keluar. Padahal, untuk membangun ekonomi nasional yang mandiri dan merdeka, struktur ekonomi kolonial tersebut mutlak harus dilikuidasi.



PROGRAM KERJA

PENDIDIKAN :
  • PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK GURU PER KABUPATEN
  • PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK SISWA SEKOLAH
  • PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK DOSEN PERGURUAN TINGGI
  • PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK MAHASISWA


SDM / KEPEGAWAIAN :
  • PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK PEGAWAI NEGERI SELURUH KEMENTRIAN
  • PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK PEGAWAI NEGERI SELURUH PROVINSI
  • PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK PEGAWAI NEGERI SELURUH KABUPATEN/ KOTA
  • PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK KARYAWAN PERUSAHAAN ATAU BURUH PABRIK


PERTANIAN :
  • PELATIHAN REVOLUSI MENTAL PETANI NUSANTARA PER KABUPATEN
  • PELATIHAN REVOLUSI MENTAL PETANI NUSANTARA PER PROVINSI
  • PILOT PROJECT SISTEM PERTANIAN TERPADU PER KABUPATEN / KOTA
  • PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK INDUSTRI PERTANIAN TERPADU


KEWIRA USAHAAN :
  • PELATIHAN WIRA USAHA MUDA KREATIF BERINTEGRITAS (WUMKI) PER KABUPATEN.
  • PEMBINAAN KEWIRAUSAHAAN UNTUK PEMUDA PUTUS SEKOLAH
  • PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN


LINGKUNGAN :
  • PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK ORGANIK
  • PENGOLAHAN SAMPAH NON ORGANIK MENJADI BARANG BERNILAI
  • PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI BENSIN DAN SOLAR
  • PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU KAWASAN PANTAI UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN BARANG BERNILAI LAINNYA.
  • PENGOLAHAN SAMPAH KAYU MENJADI BIOMASA DAN KAYU SINTETIS WPC (WOOD PLASTIC COMPOUND)