Jakarta (30/10)--- Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan (Dep. III) yang juga Plt. Deputi bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial (Dep. II), TB Rachmat Sentika (tengah), siang ini membuka sekaligus menyampaikan paparan mendalam tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental. Acara yang berlangsung di Ruang Rapat Utama Kemenko PMK, Lt.7 ini dihadiri oleh para pejabat dari K/L yang dikoordinasikan oleh Kedeputian III dan II Kemenko PMK.
Dalam paparannya, Rachmat menyampaikan harapan akan semakin meluasnya Revolusi Mental sebagai gerakan nasional dan upaya itu tentu dapat dimulai dari K/L negara yang ada. "Silahkan dengan kreativitas yang dimiliki Bapak dan Ibu sekalian, Revolusi Mental ini ditularkan baik di lingkungan kantor maupun di keluarga. Ingat, Revolusi Mental ini akan membentuk pribadi-pribadi profesional yang akan bekerja dengan penuh integritas, etos kerja, dan gotong royong. Kalau mengaku cinta Indonesia dan Bangsa Indonesia, bicaralah Revolusi Mental."
Rachmat juga menjelaskan mengapa Indonesia memerlukan Revolusi Mental. terdapat tiga alasan utama yaitu: pertama, sudah terlalu lama Bangsa Indonesia kehilangan integritasnya atau membiarkan berbagai praktik dalam berbangsa dan bernegara yang dilakukan dengan cara-cara tidak jujur, tidak memegang etika dan moral, tidak bertanggung jawab, tidak dapat diandalkan, dan tidak dapat dipercaya.
Kedua, dalam bidang perekonomian, kita tertinggal jauh dari negara-negara lain karena telah kehilangan etos kerja keras, daya juang, daya saing, semangat mandiri, kreativitas, dan semangat inovatif. Ketiga, sebagai bangsa, kita krisis identitas. Karakter kuat Bangsa Indonesia yang punya semangat gotong royong nyatanya telah mulai luntur dan kita semua harus dapat mengembalikan kekuatan karakter tadi juga dengan cara gotong royong. (IN)
Sumber : https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/sosialisasi-gerakan-nasional-revolusi-mental-0
Dwi Adi Nikayanti
Saturday, December 5, 2015 Alvian Casablancas
apa revolusi mental
Mungkin anda pernah mendengar istilah "Revolusi Mental" melalui berbagai media seperti surat kabar, televisi, atau bahkan dari teman sejawat. Apa sih sebenarnya Revolusi Mental itu?
Revolusi Mental adalah konsep program yang bertujuan merubah mentalitas masyarakat kearah yang lebih baik secara besar-besaran.
Awal Mula Istilah Revolusi Mental
Berdasarkan situs Business Center FKUM, istilah Revolusi Mental sudah ada sejak zaman presiden pertama Ir. Soekarno, yaitu ketika beliau berpidato pada Hari Proklamasi tahun 1962 yang lalu. Beliau menyampaikan pidatonya bahwa masyarakat Indonesia saat itu belum mencapai keadaan revolusi mental.
Kemudian istilah tersebut dihembus-hembuskan kembali oleh Presiden ke-7 Joko Widodo sebagai suatu konsep program untuk merevolusi mentalitas masyarakat.
Arti Secara Harfiah
Istilah "Revolusi Mental" berasal dari dua suku kata, yakni 'revolusi' dan 'mental'.
Arti dari 'Revolusi' adalah sebuah perubahan yang dilakukan dengan cepat dan biasanya menuju kearah lebih baik. Beda dengan evolusi, yang mana perubahannya berlangsung lambat.
'Mental' memiliki arti yang berhubungan dengan watak dan batin manusia. Adapun istilah mentalitas menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bermakna aktivitas jiwa, cara berpikir, dan berperasaan.
Maka, istilah "Revolusi Mental" dapat ditafsirkan sebagai aktivitas mengubah kualitas manusia kearah yang lebih bermutu dan bermental kuat dalam berbagai aspek dengan jangka waktu yang cepat.
Itulah arti singkat dari Revolusi Mental. Anda dapat membagikan informasi ini kepada teman-teman anda. Perluas wawasan anda dengan membaca. Akhirul kata, saya sajikan quote dari Joko Widodo tentang Revolusi Mental, yakni:
Satu hal yang kita butuhkan adalah Revolusi Mental dari negativisme kearah positivisme.
sumber :http://maknaistilah.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-revolusi-mental.html
Dwi Adi Nikayanti
http://assets.kompas.com/data/photo/2014/08/31/124034020140831-115322-1-resized780x390.jpg
Shares
KOMPAS.com/INDRA KUNTONO Joko Widodo
JAKARTA, KOMPAS.com — "Revolusi Mental" merupakan jargon yang diusung presiden terpilih Joko Widodo sejak masa kampanye Pemilu Presiden 2014. Namun, tak banyak penjelasan konkret muncul atas frasa itu.
Pertanyaan tentang revolusi mental pun mencuat dalam diskusi dengan tajuk jargon tersebut di Balai Kartini, Jumat (17/10/2014). Salah satu jawaban datang dari politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Panda Nababan.
Jawaban itu diawali dengan pengenalan organisasi Serikat Rakyat Miskin Kota (SRMK). Panda mempersilakan anggota organisasi itu berdiri. Lalu, dia berkata, "Mereka ini datang dari jauh. Dulu, Pak Jokowi ini seperti mereka."
Berikutnya, Panda mengatakan, "Tapi Pak Jokowi tidak mau menyerah. Dia bekerja, berusaha, hingga sampai seperti saat ini." Menurut Panda, perjalanan Jokowi dari yang semula seperti profil para anggota SMRK tersebut hingga menjadi presiden terpilih merupakan cuplikan dari konsep revolusi mental itu sendiri.
Jawaban Jokowi
Diskusi pada Jumat petang tersebut dipandu oleh presenter Najwa Shihab. Jokowi juga hadir di sana. Jawaban atas pertanyaan tentang revolusi mental pun datang dari Jokowi.
Jokowi memulai jawabannya dengan menyebutkan tentang sebuah keharusan. Menurut dia, revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinal bangsa.
Indonesia, sebut Jokowi, merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong. Dia mengatakan, karakter tersebut merupakan modal yang seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera.
"Tapi saya juga ndak tahu kenapa, sedikit demi sedikit (karakter) itu berubah dan kita ndak sadar. Yang lebih parah lagi ndak ada yang nge-rem. Yang seperti itulah yang merusak mental," ujar Jokowi.
Perubahan karakter bangsa tersebut, kata Jokowi, merupakan akar dari munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan. Kondisi itu dibiarkan selama bertahun-tahun dan pada akhirnya hadir di setiap sendi bangsa.
"Oleh sebab itu, saya menawarkan ada sebuah revolusi mental," ujar Jokowi.
Pendidikan dan penegakan hukum
Terminologi "revolusi", kata Jokowi, tidak selalu berarti perang melawan penjajah. Menurut dia, kata revolusi merupakan refleksi tajam bahwa karakter bangsa harus dikembalikan pada aslinya.
"Kalau ada kerusakan di nilai kedisiplinan, ya mesti ada serangan nilai-nilai ke arah itu. Bisa mengubah pola pikir, mindset. Titik itulah yang kita serang," ujar Jokowi.
Satu-satunya jalan untuk revolusi sebagaimana yang dia maksudkan itu, kata Jokowi, adalah lewat pendidikan yang berkualitas dan merata, serta penegakan hukum yang tanpa pandang bulu.
"Kita harus mengembalikan karakter warga negara ke apa yang menjadi keaslian kita, orisinalitas kita, identitas kita," tegas Jokowi. Dia berkeyakinan, dengan komitmen pemerintah yang kuat disertai kesadaran seluruh warga negara, Indonesia dapat berubah ke arah yang lebih baik.
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2014/10/17/22373441/Jokowi.dan.Arti.Revolusi.Mental.
Dwi Adi Nikayanti
"Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental
adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya
semangat gotong royong."
"Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk
menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati
putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang
menyala-nyala."
Itulah adalah gagasan revolusi mental yang
pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari
Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Soekarno melihat revolusi nasional
Indonesia saat itu sedang mandek, padahal tujuan revolusi untuk meraih
kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai.
Revolusi di
jaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan
penjajah dan sekutunya, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kini, 70 tahun setelah bangsa kita merdeka, sesungguhnya
perjuangan itu belum, dan tak akan pernah berakhir. Kita semua masih
harus melakukan revolusi, namun dalam arti yang berbeda. Bukan lagi
mengangkat senjata, tapi membangun jiwa bangsa.
Membangun jiwa
yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar
berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia
menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa
lain di dunia.
Kenapa membangun jiwa bangsa yang merdeka itu
penting? Membangun jalan, irigasi, pelabuhan, bandara, atau pembangkit
energi juga penting. Namun seperti kata Bung Karno, membangun suatu
negara, tak hanya sekadar pembangunan fisik yang sifatnya material,
namun sesungguhnya membangun jiwa bangsa. Ya, dengan kata lain, modal
utama membangun suatu negara, adalah membangun jiwa bangsa.
Inilah
ide dasar dari digaungkannya kembali gerakan revolusi mental oleh
Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka,
jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan. Jiwa merdeka disebut Presiden
Jokowi sebagai positivisme.
Gerakan revolusi mental semakin
relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga
problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya
intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.
Dalam
kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia
yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.
Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan
revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L).
Sebagai pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L harus
melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan
terakhir penguatan kapasitas aparat negara.
Gerakan revolusi
mental terbukti berdampak positif terhadap kinerja pemerintahan Jokowi.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada banyak prestasi yang diraih
berkat semangat integritas, kerja keras, dan gotong royong dari aparat
negara dan juga masyarakat.
Pemberantasan ilegal fishing,
pengelolaan BBM lebih bersih dan transparan, pembangunan pembangkit
listrik terbesar di Asia Tenggara, pembangunan tol trans Jawa, trans
Sumatera , dan Kalimantan, adalah sedikit hasil dari kerja keras
pemerintah Presiden Jokowi. Ke depan, gerakan revolusi mental akan
semakin digalakkan agar sembilan agenda prioritas pemerintah yang
tertuang dalam Nawa Cita bisa terwujud. (Tim PKP-Kemenkominfo)
Info lebih lanjut : www.infopublik.id /email : pikppusat@mail.kominfo.go.id /twitter @GPRIndonesia /Facebook: Indonesia Baik)
Sumber : http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5932/Revolusi+Mental%3A+Membangun+Jiwa+Merdeka+Menuju+Bangsa+Besar/0/artikel_gpr#.Vnf-Vl1N3IU
Dwi Adi Nikayanti
Gagasan ‘revolusi mental’ menggoda banyak orang.
Bagi mereka, revolusi mental dibutuhkan untuk membabat habis mentalitas, mindset,
dan segala bentuk praktik buruk yang sudah mendarah-daging sejak jaman Orde
Baru hingga sekarang. Namun, tidak sedikit pula yang mencibir gagasan ini
sebagai ‘ide komunistik’.
Gagasan revolusi mental, sebagai usaha memperharui corak berpikir dan bertindak
suatu masyarakat, bisa ditemukan di ideologi dan agama manapun. Dalam Islam pun
ada gagasan revolusi mental, yakni konsep ‘kembali ke fitrah’: kembali
suci atau tanpa dosa. Jadi, gagasan ini bukanlah produk komunis atau
ideologi-ideologi yang berafiliasi dengan marxisme.
Namun, terlepas dari polemik itu, Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 ini patut
diapresiasi. Sebab, bukan hanya berhasil mencuatkan kembali nama dan figur Bung
Karno, tetapi juga berhasil mempopulerkan kembali gagasan-gagasan revolusi
nasional Indonesia. Salah satunya: Revolusi Mental.
Dalam revolusi nasional Indonesia, gagagasan revolusi mental memang tidak bisa
dipisahkan dari Bung Karno. Dialah yang menjadi pencetus dan pengonsepnya. Dia
pula yang mendorong habis-habisan agar konsep ini menjadi aspek penting dalam
pelaksanaan dan penuntasan revolusi nasional Indonesia.
Saya kira, sebelum mengulas esensi revolusi mental versi Bung Karno,
kita perlu mengenal konteks sosial-historis yang melahirkan gagasan Bung Karno
tersebut. Sebab, tanpa mengenal konteks sosial-historisnya, kita juga akan bias
menangkap esensi dan tujuan dari gagasan tersebut.
Gagasan revolusi mental mulai dikumandangkan oleh Bung Karno di pertengahan
tahun 1950-an. Tepatnya di tahun 1957. Saat itu revolusi nasional Indonesia
sedang ‘mandek’. Padahal, tujuan dari revolusi itu belum tercapai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan revolusi itu mandek. Pertama,
terjadinya penurunan semangat dan jiwa revolusioner para pelaku revolusi, baik
rakyat maupun pemimpin nasional. Situasi semacam itu memang biasa terjadi. Kata
Bung Karno, di masa perang pembebasan (liberation), semua orang bisa
menjadi patriot atau pejuang. Namun, ketika era perang pembebasan sudah
selesai, gelora atau militansi revolusioner itu menurun. Kedua, banyak pemimpin politik Indonesia kala itu yang masih mengidap
penyakit mental warisan kolonial, seperti “hollands denken” (gaya
berpikir meniru penjajah Belanda). Penyakit mental tersebut mencegah para
pemimpin tersebut mengambil sikap progressif dan tindakan revolusioner dalam
rangka menuntaskan revolusi nasional.
Sementara di kalangan rakyat Indonesia, sebagai akibat praktek kolonialisme
selama ratusan tahun, muncul mentalitas ‘nrimo’ dan kehilangan
kepercayaan diri (inferiority complex) di hadapan penjajah. Ketiga, terjadinya ‘penyelewengan-penyelewengan’ di lapangan ekonomi,
politik, dan kebudayaan. Penyelewengan-penyelewengan tersebut dipicu oleh
penyakit mental rendah diri dan tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri.
Juga dipicu oleh alam berpikir liberal, statis, dan textbook-thinkers(berpikir
berdasarkan apa yang dituliskan di dalam buku-buku).
Di lapangan ekonomi, hingga pertengahan 1950-an, sektor-sektor ekonomi
Indonesia masih dikuasai oleh modal Belanda dan asing lainnya. Akibatnya,
sebagian besar kekayaan nasional kita mengalir keluar. Padahal, untuk membangun
ekonomi nasional yang mandiri dan merdeka, struktur ekonomi kolonial tersebut
mutlak harus dilikuidasi.
PROGRAM KERJA
PENDIDIKAN :
PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK
GURU PER KABUPATEN
PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK
SISWA SEKOLAH
PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK
DOSEN PERGURUAN TINGGI
PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK
MAHASISWA
SDM / KEPEGAWAIAN :
PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK
PEGAWAI NEGERI SELURUH KEMENTRIAN
PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK
PEGAWAI NEGERI SELURUH PROVINSI
PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK
PEGAWAI NEGERI SELURUH KABUPATEN/ KOTA
PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK
KARYAWAN PERUSAHAAN ATAU BURUH PABRIK
PERTANIAN :
PELATIHAN REVOLUSI MENTAL
PETANI NUSANTARA PER KABUPATEN
PELATIHAN REVOLUSI MENTAL
PETANI NUSANTARA PER PROVINSI
PILOT PROJECT SISTEM PERTANIAN
TERPADU PER KABUPATEN / KOTA
PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK
INDUSTRI PERTANIAN TERPADU
KEWIRA USAHAAN :
PELATIHAN WIRA USAHA MUDA
KREATIF BERINTEGRITAS (WUMKI) PER KABUPATEN.
PEMBINAAN KEWIRAUSAHAAN UNTUK
PEMUDA PUTUS SEKOLAH
PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN
KERAJINAN
LINGKUNGAN :
PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK
MENJADI PUPUK ORGANIK
PENGOLAHAN SAMPAH NON ORGANIK
MENJADI BARANG BERNILAI
PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK
MENJADI BENSIN DAN SOLAR
PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU
KAWASAN PANTAI UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN BARANG BERNILAI LAINNYA.
PENGOLAHAN SAMPAH KAYU MENJADI
BIOMASA DAN KAYU SINTETIS WPC (WOOD PLASTIC COMPOUND)